Minggu, 10 Juni 2012
Senin, 21 Mei 2012
Minggu, 29 April 2012
SYARAT – SYARAT SEORANG PERAWI DAN PROSES TRANSFORMASI
SYARAT
– SYARAT SEORANG PERAWI DAN PROSES TRANSFORMASI
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, makalah yang berjudul “SYARAT – SYARAT SEORANG PERAWI DAN PROSES
TRANSFORMASI” yang kami susun telah selesai, mudah – mudahan makalah ini bermanfaat
bagi kita. Ketika kita mengkaji ilmu hadits atau lebih popular dengan nama ilmu
musthalah hadits, kita akan mendapati bahwa bagian terpenting yang
menjadi objek kajian dalam disiplin ini adalah meneliti otentisitas suatu
hadits. Karenanya, dalam sudut pandang ini secara praktis ilmu hadits
sesungguhnya sudah di kenal semenjak Nabi Muhammad SAW masih hidup. Tentu saja
cakupan kajiannya masih sangat terbatas, karena semuanya masih dapat dengan
mudah berpulang langsung kepada Nabi Muhammad SAW untuk di lakukan cek dan
riceknya.
Oleh sebab
itu di dalam makalah ini sangat penting bagi kita untuk mengetahui “SYARAT –
SYARAT SEORANG PERAWI DAN PROSES TRANSFORMASI” (Ilmu Hadits) dalam menerangkan
tujuan yang kita capai bagi kita semua. Bila ada kekurangan dalam menyusun
makalah ini kami minta saran dan pendapatnya agar tercapai tujuan yang di
harapkan.
Penulis,
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
BAB II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN RAWI
B. SYARAT – SYARAT SEORANG PERAWI
C. TAHAMMUL WAL-AD DAN SHIGHAT – SHIGHATNYA
D. KEDUDUKAN BOLEH TIDAKNYA MERIWAYATKAN HADITS DENGAN
MAKNA
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN – SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mayoritas ulama hadits, ushul dan
fiqih sepakat menyatakan bahwa seorang guru yang menyampaikan sebuah hadits
harus mempunyai ingatan dan hafalan yang kuat (Olabit), serta memiliki integritas
keagamaan yang kemudian melahirkan tingkat kredibilitas sifat adil dalam
hubungannya dengan periwayatan hadits maka yang dimaksud adalah, suatu karakter
yang terdapat dalam diri seseorang yang selalu mendorongnya melakukan hal – hal
yang postif atau orang yang selalu konsisten dalam kebaikan dan mempunyai
komitmen tinggi terhadap agamanya. Semetara itu untuk mencapai tingkat
adalah seseorang harus memenuhi empat
syarat yaitu : a. islam, b. baligh, c. berakal, d. takwa.
B. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
Untuk menjadikan pendorong kelompok
kami, betapa pentingnya “STUDI HADITS” untuk kita pelajari sehingga kita dapat
menjadi berkepribadian yang baik namun bukan berarti kita harus menjadi orang
yang sempurna, karena tidak menutup kemungkinan seorang ulama atau penguasa
yang baik tentu banyak memiliki kekurangan. Melainkan yang menjadi tolak ukur
disini adalah keistimewaan yang ada melebihi kekurangannya, dan kekurangannya
dapat ditutupi oleh kelebihannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN RAWI
Menurut ilmu hadits Rawi adalah
“orang yang meriwayatkan hadits”. Salah satu cabang dari penelitian hadits
adalah penelitian terhadap rawi hadits. Baik menyangkut sisi positif maupun
sisi negetif perawi. Ilmu ini dikenal dengan istilah ilmu Jarh dan Ta’dil. Ilmu
ini membahas tentang kondisi perawi. Apakah dapat dipercaya, handal, jujur,
adil, dan tergas atau sebaliknya.
Jarh dan Ta’dil sebenarnya berasal
dari ilmu rijalul hadits. Mustafa Al Saba’i memasukkan ilmu ini sebagai salah
satu ilmu yang paling berharga dalam “Ulum Al Hadits”. Melalui ilmu ini kajian
dan penelanjangan terhadap rawi hadits akan terjadi kredibilitas perawi hadits
akan terukur dengan jelas. Mengingat ilmu ini sangat penting. Siapapun yang
menggeluti hadits ia harus mempelajarinya. Karena ilmu ini menjadi penentu
hadits, apakah termasuk shohih atau tidak. Layak dijadikan sumber hukum atau
tidak.
Seorang rawi yang adil harus
memiliki karakteristik moral baik, muslim, telah baligh, berakal sehat, terbebas
dari kefasikan dan hal – hal yang menyebabkan harga dirinya jatuh dai ia
meriwayatkan hadits dalam keadaan sadar.
Karakter yang terdapat dalam diri
seorang rawi, mendorongnya agar selalu melakukan hal – hal postif atau rawi
selalu konsisten dalam kebaikan dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap
agamanya. Maka dari itu rawi di tuntut mengetahui atau menguasai isi kitabnya.
Jika meriwayatkan haditsnya dari kitab dan juga ia harus mengetahui hal – hal
yang dapat menggangu makna hadits yang diriwayatkan.
B. SYARAT – SYARAT SEORANG PERAWI
Benar – benar memiliki pengetahuan
bahasa arab yang mendalam. Diantaranya, perawi harus seorang ahli ilmu Nahwu,
sharaf dan ilmu bahasa, mengerti konotasi lapadz dan maksudnya, memahami
perbedaan – perbedaan dan mampu menyampaikan hadits dengan tepat.
Perawi dalam kondisi terpaksa. Lupa
susunan harfiahnya, sedangkan kandungan hadits tersebut sangat diperlukan. Hal
ini dianggap baik dari pada tidak meriwayatkan suatu hadits, atau enggan
meriwayatkan hadits dengan alasan lupa lapadznya sementara nilai pokok (hukum)
yang terkadung dalam hadits tersebut sangat diperlukan ummat Islam.
Perawi harus menyertakan kalimat –
kalimat yang menunjukkan bahwa hadits tersebut diriwayatkan dengan periwayatan
makna seperti terungkap pada kalimat – kalimat “Ad kama kola”.Menurut
periwayatan hadits dengan cara bi al makna (Makna) di perbolehkan apabila lapdz
– lapadz hadits tersebut lupa. Periwayatan itu tidak merusak maksud, sehingga
terpelihara dari kesalahan periwayata. Tetapi cara ini hanya akan berlaku pada
zaman sahabat yang langsung mereportase prilaku Nabi.
Kebolehan periwayatan hadits dengan
makna terbatas, pada masa sebelum di bukukan hadits nabi secara resmi. Sesudah
masa pembukuan (tadwin) hadits. Harus dengan lapadz. Kedudukan boleh
tidaknya meriwayatkan hadits denan makna, sejak sahabatpun sudah
controversial, namun pada umumnya sahabat memperbolehkannya. Tetapi, sebenarnya
mereka yang berpegang teguh pada periwayatan dengan lapadz tidak melarang
secara tegas sahabat lain dalam meriwayatkan hadits dengan makna.
C. TAHAMMUL WAL – AD DAN SHIGHAT – SHIGATNYA
Tahammul wal – ad adalah “mengambil
atau menerima“ hadits dari salah seorang guru dengan salah satu cara tertentu
dan proses mengajarkannya (meriwayatkan) hadits dari seorang guru kepada
muridnya. Cara menerima hadits ada delapan cara :
1. Mendengar (Al
Sama’)
Yaitu mendengarkan langsung dari
guru. Sima’ mencakup imlak (pendekatan) dan tahdits (narasi atau memberi
informasi) menurut ahli hadits. Simak merupakan shigat riwayat yang paling
tinggi dan paling kuat. Sorang rawi di perbolehkan untuk mengatakan dalam
periwayatannya (seorang guru meriwayatkan hadits ini kepada kami)
2. Membaca (Al Qira’ah)
Yaitu sipembaca menyuguhkan
haditsnya kehadapan gurunya dalam periwayatannya, bisa kita sendiri yang
membacakan haditsnya pada seorang guru atau orang lain membacakan dan kita
mendengarkan dengan baik. Seorang rawi di perbolehkan untuk mengatakan dalam
periwayatannya. (aku bacakan hadits ini kepada fulan)
3. Ijazah (Al
Ijazah)
Yaitu memberikan izin dari seseorang
kepada orang lain. Pemberian izin oleh seorang guru kepada muridnya untuk
meriwayatkan sebuah hadits tanpa membaca hadits tersebut satu persatu. Ijazah
ini dapat dilakukan dengan cara lisan bisa juga dengan cara tertulis “aku
berikan ijazah (lisensi) padamu untuk meriwayatkan seluruh hadits yang terdapat
dalam kitab shahih Al Bukhari”
4. Memberi
(Munawalah)
Yaitu guru memberikan naskah asli
kepada muridnya. Munawalah terbagi dua : “pertama”, munawalah disertai dengan
ijazah, “Kedua”, munawalah yang tidak disertai ijazah. “seorang telah
memberitahukan kepadaku”.
5. Menulis (Al
Kitabah)
Yaitu guru menulis sendiri atau
menyuruh orang lain menulis beberapa hadits kepada orang di tempat lain. Kata –
kata yang di pakai “seseorang telah bercerita kepadaku dengan surat menyurat”.
6. Pemberitahuan
(I’lam)
Yaitu seorang guru hadits menerima
hadits tersebut dari guru hadits sebelum tanpa ada perkataan atau suruhan untuk
meriwayatkan, kemudian ini ia sampaikan kepada muridnya. “seseorang telah
memberitahukan kepadaku, ujarnya telah berkata kepadaku”.
7. Wasiat (Al
Wasiyah)
Yaitu periwayat hadits mewasiatkan
kitab hadits yang diriwayatkan kepada orang lain. Waktu berlakunya di tentukan
oleh orang yang memberi wasiat. Demikian pula dengan bimbingan dan
kewenangannya. “seseorang telah berwasiat kepadaku dengan sebuah kitab yang
berkata dalam kitab itu “telah bercerita kepadamu sifulan”
8. Penentuan (Al –
Wijadah)
Yaitu memperoleh tulisan hadits
orang lain yang tidak diriwayatkan. Cara ini biasanya dilakukan murid dengan
cara seorang murid menemukan buku hadits orang lain tanpa rekomendasi perizinan
untuk meriwayatkan di bawah bimbingan dan kewenangan seseorang. “saya telah
membaca kitab seseorang”.
Dari delapan model dan cara
transmisi hadits yang telah dijelaskan di atas, yang dijadikan kesepakatan
sebagai model transmisi yang kuat adalah : Al-Sama, Al-Qira’ah dan Al
Mukatabah. Tiga metode ini dianggap efektif dan valid. Selebihnya di
persilahkan perbedaan dalam menanggapi model periwayatan ini terjadi lebih
disebabkan karena mereka sangat berhati – hati dalam meriwayatkan hadits.
Periwayatan hadits dengan makna
dapat ditujukan sebagai penyampaian hadits dengan menggunakan rumusan kalimat
sendiri yang dapat memelihara substansi pesan dan tujuan semula. Dapat pula
dirumuskan sebagai periwayatan hadits yang menggunakan lapadz – lapadz yang
berbeda dengan teks asli tetapi kandungan isinya tetap terjamin sesuai dengan
maksud awal hadits.
D. KEDUDUKAN BOLEH TIDAKNYA
MERIWAYATKAN HADITS DENGAN MAKNA
Sejak sahabatpun sudah
controversial. Namun pada umumnya para sahabat membolehkannya. Misalnya Ali bin
Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud (W.32 H / 652 M), Anas bin
Malik (W.98 H / 711 M), Abu Darda (W.32 H / 652M), Abu Hurairah (W. 58 H/ 678
M), dan Aisyah binti Abu Bakar (Isteri Nabi) membolehkan periwayatan hadits
dengan makna. Sedangkan yang tidak membolehkan diantaranya Umar bin Al-Khatab,
Abdullah bin Umar bin Khatab dan Zain bin Arqam. Tetapi sebenarnya mereka yang
berpegang teguh pada periwayatannya dengan lapadz tidak melarang secara tegas
sahabat lain dalam meriwayatkan hadits dengan makna. Hal ini dimungkinkan karena
adanya kesulitan periwayatan tersebut, apabila seluruh sabda Nabi harus ditiru
persis.
Namun demikian generasi keenam
periwayat hadits seperti Abu Bakar bin Al-Araby (W. 573 H / 1148 M) berpendapat
bahwa periwayatan hadits dengan makna hanya di bolehkan bagi sahabat.
Menurutnya selain sahabat tidak di perkenankan untuk meriwayatkan hadits dengan
makna. Dalam pada itu, dikalangan tabi’in juga terdapat perbedaan. Sehingga
Subhi As-Shalh menjelaskan hasil pengamatan Ibnu Aun yang menunjukkan bahwa Al
Qasim bin Muhammad, Raja’ bin Habwat dan Muhammad bin Sirin mengharuskan
riwayat dengan lapadz.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Seorang perawi benar – benar
mengetahui / memiliki pengetahuan bahasa arab yang mendalam dan mengerti lapadz
dan maksudnya dan mampu menyampaikan hadits dengan tepat. Perawi harus
menyertakan kalimat yang menunjukan bahwa hadits tersebut diriwayatkan dengan
periwayatan sehingga terpelihara kesalahan dari periwayatnya.
para perawi dalam kondisi lupa
susunan harpiahnya, sedangkan kandungan hadits tersebut sangat di perlukan hal
ini dianggap baik dari pada tidak meriwayatkan suatu hadits dengan alasan lupa
susunan harpiah dan lapadznya. Sementara nilai pokok (hukum) yang terkandung
dalam hadits tersebut sangat diperlukan umat islam.
Kebolehan periwayatan hadits dengan
makna terbatas pada masa di bukukan hadits nabi secara resmi. Sesudah masa
pembukuan (tadwin) hadits, harus dengan lapadz periwayatan hadits dengan makna
terbatas. Oleh karenanya, boleh tidaknya meriwayatkan hadits dengan makna,
sejak jaman nabi pun sudah controversial. Namun pada umumnya sahabat
memperbolehkannya.
B. SARAN – SARAN
Adapun saran dari kelompok tujuh :
Sebagai mahasiswa kita harus dapat menunjukkan etika yang baik di mata masyarakat namun bukan berarti kita harus menjadi orang yang sempurna. Yang menjadi tolak ukur disini adalah kekurangannya dapat di tutupi oleh kelebihannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof. KH. Mustafa Yakub, M.A, Dasar – Dasar Ilmu Hadits
Drs. Yusuf Saefullah, M.Ag, Pengertian Ilmu Hadits
Drs. Cecep Sumarna, M.Ag
Guru dalam pembelian upaya media untuk meningkatkan prestasi pendidikan siswa belajar bahasa Arab dalam kategori usia SMP Nurul Iman
مدرس في شراء الجهود الإعلامية لتحسين التحصيل العلمي للطلاب تعلم اللغة العربية في فئة الناشئين العصر يه نور إيمان
اقتراح أطروحة
قدمت إلى كلية طربيه لتلبية الاحتياجات لتحقيق درجة بكالوريوس التربية الإسلامية برامج كلية طربيه / الدراسات التعليمية برنامج اللغة العربية ( S.Pd.I )
من قبل :
INDRA WAHYUDIN
نيم : 08.01.01.0618
اقتراح أطروحة
قدمت إلى كلية طربيه لتلبية الاحتياجات لتحقيق درجة بكالوريوس التربية الإسلامية برامج كلية طربيه / الدراسات التعليمية برنامج اللغة العربية ( S.Pd.I )
من قبل :
INDRA WAHYUDIN
نيم : 08.01.01.0618
الإدارة / برودي التعليم العربي
كلية طربيه
الاسلام العصر يه نور الايمان STAINI) HIGH SCHOOL)
فروغ بوجور
1432 ه. / 2011 م
كلية طربيه
الاسلام العصر يه نور الايمان STAINI) HIGH SCHOOL)
فروغ بوجور
1432 ه. / 2011 م
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
DI PERSEMBAHKAN .................................................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... v
PENGESAHAN PANITIA UJIAN................................................................. vi
ABTRAKSI ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR....................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah....................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
D. Manfaat penelitian ................................................................................ 8
E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Konseptual ............................................................................ 10
B. Penetlitian Relevan .................................................................................
C. Kereangka Teoritis ..................................................................................
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Latar Belakang Perkembangan KHI ................................................... 39
B. Metode Perumusan KHI ..................................................................... 47
C. Landasan dan Kedudukan KHI ......................................................... 48
D. Isi daripada KHI ................................................................................. 48
E. Pola Pemikiran KHI ............................................................................ 49
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum SMP Al Ashriyyah Nurul Iman............................... 52
1. Profil SMP AL Ashriyyah Nurul Iman................................................
2. Struktur organisasi SMP AL Ashriyyah Nurul Iman...........................
3. Guru- guru bahasa arab di SMP kelas VII AL Ashriyyah Nurul Iman
4. Jumlah siswa di SMP kelas VII AL Ashriyyah Nurul Iman..............
B. Analisis Data dan Hasil Penelitian ...................................................... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 72
B. Saran-saran .......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, kata media berasal dari kata bahasa latin medius yang secara harafiah berarti ( tengah ) perantara atau pengantar . dalam bahasa arab, media adalah perantara (وسائل) atau penagntar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[1] sedang kan menuru istilah mengemukakan medium sebagai perantara yang mengantar kan informasi antara sumber dan penerima . jadi televisi, film, foto, radio, rekaman, audio, gambar yang di proyeksikan[2] tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan Internet.
1 |
Pada dasarnya fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Fungsi-fungsi lain adalah pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang diapakai menyampaikan pesan dan dampak atau efek yang ditimbulkannya. Terakhir adalah tentang efek yang dit,bulkannya. Bentuk konkrit dari efek ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap siswa sebagai akibat interaksi antara dia dan pesan dengan pesan, baik perubahan itu secara individu maupun secara kelompok. Dan ini merupakan tujuan media, yakni mengaktifkan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang diinginkan untuk mengkaji lebih lanjut dengnan judul “UPAYA GURU DALAM PENGADAAN MEDIA PEMBELAJARAN BAGI PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB BAGI SISWA KELAS VII DI SMP AL ASHRIYYAH NURUL IMAN“
B. Identifikasi Masalah
1. Kurang mendukungnya media yang digunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Arab terutama di kelas VII SMP Al Ahriyyah Nurul Iman.
2. Kendala guru dalam meningkatkan prestasi belajar bahasa Arab bagi siswa kelas VII SMP Al Ashriyyah Nurul Iman.
C. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, penulis membatasi masalah hanya berkaitan dengan persoalan yang dirumuskan dalam judul yaitu upaya guru dalam pengadaan media pembelajaran bagi peningkatan prestasi belajar bahasa Arab bagi siswa kelas VII di SMP Al Ashriyyah Nurul Iman.
Maka untuk lebih memfokuskan pembahasan tersebut, perlu menegaskan batasan-batasan masalahnya, sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahpahaman antara penulis dan pembaca pada umumnya.
Pertama, menjelaskan tentang pengertian media pembelajaran dan macam-macamnya, sebagaimana tertulis dalam judul skripsi ini.
Kedua, menjelaskan tentang upaya guru dalam pengadaan media pembelajaran bagi peningkatan prestasi belajar bahasa Arab bagi siswa di SMP kelas VII Al Ashriyyah Nurul Iman.
2. Rumusan Masalah
Pada penulisan skripsi ini, penulis merumuskan masalah dalam beberapa pernyataan yaitu:
1. Bagaimana seseorang dapat mengetahui dan memahami media pembelajaran?
2. Bagaimana seseorang dapat mengetahui dan memahami prestasi belajar?
3. Bagaimana upaya guru dalam pengadaan media pembelajaran bagi peningkatan prestasi belajar bahasa Arab bagi siswa kelas VII di SMP Al Ashriyyah Nurul Iman khususnya dan umumnya kepada para pembaca yang budiman?
Di dalam skripsi ini penulis membatasi pembahasan masalah yang akan dibahas yakni :
1. Apa sajakah macam macam fungsi media pembelajaran dalam meningkatkan peroses belajar mengajar?
2. Apakah media pembelajaran?
3. Bagaimana manfaat media pembelajaran?
4. Bagaimana upaya Guru dalam meningkatkan prestasi belajar bahasa Arab di kelas VII SMP Al Ashriyyah Nurul Iman ?
D. Tujuan penelitian
Agar tidak menyimpang dari pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka penulis mempunyai tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan Skripsi ini bertujuan untuk untuk memenuhi persyaratan guna mencapai GelarSarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas Tarbiyah Jurusan/Program Study Pendidikan Bahasa Arab.
2. Untuk memenuhi atau menjawab rasa penasaran yang begitu kuat untuk mengetahui lebih dalam tentang macam-macam fungsi media pembelajaran dalam peroses belajar mengajar.
3. Untuk mengetahui upaya guru dalam pengadaan media pembelajaran bagi peningkatan prestasi belajar bahasa arab bagi siswa di SMP kelas VII Al Ashriyyah Nurul Iman.
4. Mengetahui problematika guru dalam pengajaran Bahasa Arab dalam membentuk kemahiran berbicara bahasa Arab di SMP kelas VII Al Ashriyyah Nurul Iman.
5. Mengetahui problematika materi bagi siswa dalam kemahiran berbicara bahasa Arab.
E. Manfaat Penelitian
1. Memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien.
2. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
3. Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
4. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
5. Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
6. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
7. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
8. Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
9. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
10. Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
11. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
12. Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
13. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
14. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
15. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
16. Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain
[1] Gerlach dan ely ( 1971 ) buku Prof. Dr.Azhar Arsyad,M.A.
[2] Heinich ( 1982 ) buku Prof. Dr.Azhar Arsyad,M.A.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Media
1. Pengertian Media
Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT, 1977:162). Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-Learning. Huruf “e” merupakan singkatan dari “elektronik”. Artinya media pembelajaran berupa alat elektronik, meliputi CD Multimedia Interaktif sebagai bahan ajar offline dan Web sebagai bahan ajar online.
Definisi media pembelajaran. Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi ari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator),bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Berikut ini beberapa pendapat para ahli komunikasi atau ahli bahasa tentang pengertian media yaitu :
a. Orang, material, atau kejadian yang dapat menciptakan kondisi sehingga memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterapilan, dan sikap yang baru, dalam pengertian meliputi buku, guru, dan lingkungan sekolah (Gerlach dan Ely dalam Ibrahim, 1982:3).
b. Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan antara sumber (pemberi pesan) dengan penerima pesan (Blake dan Horalsen dalam Latuheru, 1988:11).
c. Komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada pembelajar bisa berupa alat, bahan, dan orang (Degeng, 1989:142).
d. Media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pildran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk., 2002:6).
e. Alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer (Gagne dan Briggs dalam Arsyad, 2002:4) Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pengajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dicita-citakan.
2. Macam-macam Media
Media pembelajaran merupakan komponen intruksional yang melliputi pesan, orang, dan peralatan. Menurut syaifulbahri djamarah dan aswan zain,media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau informasi pesan. Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran dikelompokkan kedalam empat kelompok yaitu :
a. Media hasil teknologi cetak
Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui rosespercetakan mekanisatau photografis. Kelompok media hasil teknologi cetak antara lain: teks, grafik, foto atau representasi fotografik. karakteristik media hasil cetak meliputi :
1) Teks dibaca secara linear.
2) Menampilkan komonikasi secarasatu arah dan reseptif.
3) Ditampilkan secara statis atau diam.
4) Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip pembahasan.
5) Berorientasi atau berpusat pada siswa. Pendekatan yang berorientasi pada siswa adalah pendekatan dalam belajar yang ditekankan pada ciri-ciri dan kebutuhan siswa secara individual. Sedang lembaga pendidikan dan para pengajar berfungsi dan berperan sebagai penunjang saja. Sistem pendekatan yang berorientasi pada siswa ini didesainsedemikian rupa. Sehingga siswa dapat belajardengan sistem yang luwes yang diarahkan agar siswa dapat membenntuk gaya belajarnya masingmasing. Dalam hal ini guru dan lembaga berperan sebagai penunjang, fasilitator dan semangat pada siswa yang sedang belajar.
6) Informasi dapat diatur atau ditata ulang oleh pemakai.
b. Media hasil teknologi audio-visual
Teknologi audi-visual cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual penyajian pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses pembelajaran, seperti , mesin proyektor film, tape rekorder, proyektor visual yang lebar. Karakteristik :
1) Bersifat linear.
2) Menyajikan visual yang dinamis.
3) Digunakan dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya oleh perancang.
4) Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau abstrak.
5) Dikembangkan menurut prinsip psikologis behafiorisme dan kognitif.
6) Berorientasi pada guru. Pendekatan yang berorientasi pada guru atau lembaga adalah sistem pendidikan yang konfensional dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh para guru dan staf lembaga penndidikan. Dalam sistemini guru mengkomunikasikan pengethuannya kepada siswa dalam bentuk pokok bahasan dalam beberapa macam bentuk silabus. Biasanya pembalajaran berlangsung dan selesai dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan metode mengajar yang dipakai tidak beragam bentuknya, biasanya menggunakan metode ceramah dengan pertemuan tatap muka (face to face).
c. Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer
Teknologi berbasis computer merupakan cara menghasilka atau menyampaikanmateri dengan menggunakan sumber-suber yang berbasis micro-prosesor.
Berbagai aplikasi teknologi berbasis komputer dalampembelajaran ummumnya dikenalsebagai computer assisted instruction. Aplikasi tersebut apabila dilihat dari cara penyajiandan tujuan yang ingin dicapai melipiti tutorial,penyajian materi secara bertahap, drills end practice latihan untuk membantu siswa menguasai materi yang telah dipelajari sebelumnya, permainan dan simulasi(latihanuntukmengaplikaskan pengetahian dan keterampiln yangbaru dipelajari dari, dan basis data (sumber yang dapat membantu siswa menambahh informasi dan penegtahuan sesuai dengan keinginan masing-masing) Karakteristik media hasil teknologi yang berdasarkan komputer meliputi :
1) Dapat digunakan secara acak, non-sekuensial atau secara linear.
2) Dapat digunakan sesuai keinginan siswa atau perancang.
3) Gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan simbol dan grafik.
4) Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini.
5) Beroriatasi pada siswa dan melibatkan interaktifitas siswa yang tinggi.
d. Media hasil gabungan tenologi cetak dan teknologi computer.
Teknologi gabungan adalah cara unntukmenghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan komputer. Komputer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti jumlah random akses memori yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan pararel (alat-alat tambahan), seperti: vidio disk player, perangkat keras untuk bergabung dalam suatu jaringan dan sistem audio.
1) Dapat digunkan secara acak, sekuensial, linear.
2) Dapat digunakan sesuai keinginan siswa, bukan saja dengan direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya.
3) Gagasan disajikan secara realistik sesuai dengan pengalaman siswa, menurut apa yang relefan dengan siswa dan dibawah pengendalian siswa.
4) Prinsip ilmu kognitif dan konstruktifisme ditetapkan dalampengembangan dan penggunaanpelajaran.
5) Pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan dikuasai jika pengetahuan itu digunakan.
6) Bahan-bahan pelajaran melibatkan interaktif siswa
g.Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai sumber selain pembagian itu ada lagi pembagian media pembelajaran menurut jenis, daya liput, dan bahannya.
g.Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai sumber selain pembagian itu ada lagi pembagian media pembelajaran menurut jenis, daya liput, dan bahannya.
Dilihat dari jenisnya, media terbagi menjadi :
1) Media auditif, Media yang hanya mengandalkan suara saja seperi radio, kaset rekoorder, peringan hitam.media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan pendengaran.
2) Media visual Media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip, slides, foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
3) Media audio visual, Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunya kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi dalam:
a) Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar derasal dari satu sumberseperti video kaset.
b) Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya filmbingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya berasal dari tape recorder.
Dilihat dari daya liputnya, media terbagi menjadi :
1) Media dengan daya liput luas dan serentak, Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Seperti radio dan televisi serta internet.
2) Media dengan daya liput terbatas oleh ruang dan tempat
media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film sound slides film rangkai, yang harus menggunakan empat tertutupdan gelap.
media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film sound slides film rangkai, yang harus menggunakan empat tertutupdan gelap.
3) Media untuk pembelajaran invidual, Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
Dilihat dari bahan-bahannya, media terbagi menjadi :
1) Media sederhana, Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, danpenggunaannya tidak sulit.
2) Media kompleks, Media ini adalah media yang bahan dasarnya kompleks sulit didapat serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.
3. Tujuan Media
Penggunaan media pengajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran membaca puisi. Menurut Achsin (1986:17-18) menyatakan bahwa tujuan penggunaan media pengajaran adalah :
a. Agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna,
b. Untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi kepada anak didik,
c. Untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik,
d. Untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik,
e. Untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik. Sedangkan Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan tentang tujuan pemanfaatan media adalah :
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi,
2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami,
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, dan
4) Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan media adalah :
1) Efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar,
2) Meningkatkan motivasi belajar siswa,
3) Variasi metode pembelajaran, dan
4) Peningkatan aktivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Manfaat Media
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan – pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek.
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi dilain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan.
Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu :
a. Media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan,
b. Media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosil ekonomi,
c. Media pengajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain,
d. Media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan,
e. Media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk berusaha proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24).
Sedangkan menurut Sadiman, dkk. (2002:16), media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya :
1) Obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model,
2) Obyek yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar,
3) Gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography,
4) Kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD,
5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan
6) Konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu :
a) Pemanfaatan media dalam situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas,
b) Pemanfaatan media di luar situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) pemanfaatan secara bebas yaitu media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada kontrol dan pengawasan dad pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak dikelola dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) pemanfaatan secara terkontrol yaitu media itu digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target) tertentu dengan mengikuti pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut,
c) Pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau massal, meliputi (a) pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan media oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) pemanfaatan media secara kelompok, baik kelompok kecil (2-8 orang) maupun kelompok besar (9-40 orang),
d) Media dapat juga digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh orang yang jumlahnya puluhan, ratusan bahkan ribuan secara bersama- sama.
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata-katanya, tetapi tidak tahu maksudnya).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa.
4) Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
1) Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran darah.
3) Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
4) Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
5) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
6) Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
8) Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
9) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
10) Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang).
11) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
B. Prestasi belajar
1. Pengertian prestasi belajar
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan prestasi belajar, tentu mudah memberikan jawaban dengan begitu saja, mengingat bayak komponen dan faktor yang ikut melatarbelakanginya. Ada faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan ada pula yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu faktor psikologis dan pisiologi.
Meskipun demikan tidak mengurangi makna ungkapan diatas, dan untuk lebih memudahkan dalam memehami pengertian prestasi belajar, berbagai faktor yang terlibat dalam proses belajar dan akhirnya mengemukakan tentang prestasi belajar tersebut.
Prestasi, yaitu: “hasil yang dicapai” (Depdikbud, 2005:895), Menurut Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Purwanto mengemukakan: “Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.”[1]
Hal lain dikemukakan oleh Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno bahwa: ‘belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkahlaku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya.”[2] Definisi lain seperti yang dikutip oleh E.L. Torndike tentang pengertian belajar, yaitu: "belajar merupakan suatu bentuk perubahan perilaku yang dapat diamati yang terjadi melalui hubungan rangsangan, jawaban menurut prinsip-prinsip yang mekanistik.” [3] Belajar juga merupakan proses pengumpulan atau penghafalan suatu fakta dalam bentuk informasi atau materi pelajaran, demikianlah sebagian orang menafsirkan arti belajar. [4]
Menurut Gagne yang dikutip Nurdin Ibrahim, memaparkan bahwa : Belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa. Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai[5]. Sementara Wittig seperti dikutip oleh Muhibin Syah mengemukakan bahwa belajar : merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman[6]. Perubahan yang menyangkut seluruh aspek psikofisik organisme yang didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriyah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tidak dapat diobservasi langsung[7].Sedangkan menurut Witrock, belajar adalah : suatu terminologi yang menggambarkan proses perubahan melalui pengalaman.
Hal lain dikemukakan oleh Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno bahwa: “belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan lain-lain.
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.
Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
Menurtut Logan, dkk (1976) dalam Sia Tjundjing (2001:70) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan . Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997:193) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat. Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Mudzakir (1997:34) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (Sumadi Suryabrata,1998:231) : “Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”
Belajar, yaitu: “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” (Depdikbud, 2005:17). Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ìprestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dilakukan atau dikerjakan[8] Menurut Gagne, prestasi adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang telah diperoleh dari hasil tes belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor[9]. Dengan demikian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan baik dilakukan secara pribadi maupun kelompok. Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing (2000:71) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Menurut Poerwodarminto (Mila Ratnawati, 1996 : 206) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buki laporan yang disebut raport.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998 : 233) dan Shertzer dan Stone (Winkle, 1997 : 591), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal :[10]
a. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera
a) Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
b) Panca indera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah :
a) Intelligensi
Intelegensi pada umumnya diartikan dengan kecerdasan. Dalam proses belajar tingkat intelegensi siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan siswa, semakin besar peluang siswa berhasil dalam proses pelajarannya.[11]
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle,1997 :529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya.
1) Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan (1997:233) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.
2) Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif , dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Motivasi adalah penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu[12]
Menurut Irwanto (1997 : 193) motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar[13]. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (1991:39) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah:
1). Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
c) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.
2). Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas , yang dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
c) Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan (1994:122) mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, palingtidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.
3). Faktor lingkungan masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar
b) Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
[1] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 82.
[2] Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Pustaka Setia, 2001), hal. 34.
[3] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2003), hal. 28
[4] Mulyadi Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 64
[5] Nurdin Ibrahim, Hasil Belajar Fisika SLTP Terbuka Tanjung Sari Sumedang Jawa Barat, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 031, Tahun ke-7, September 2001), hal. 487
[6] Muhibin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
PT.Remaja Rosda Karya, 2006), hal. 90
[7] Muhibin Syah, Psikologi Belajar, Op.Cit, hal. 66.
[8] Depdikbud, Kamus, hal. 700
[9] Abdul Gafur, Desain Instruksional, (Jakarta : BPT. IKIP, 1983), hal. 9
[10] Sumadi, Suryabrata. Psikologi Pendidikan. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persadam, 1998), hal 233.
[11] Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : CV Rajawali, 1985), hal. 1
[12] Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi, hal. 139
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Pelaksanaan Penelitian
Pendekatan adalah cara menjelaskan suatu penelitian dengan memanfaatkan salah satu aspek ilmu pengetahuan.[1] Pendekatan pelaksanaan yang dimaksud untuk mengungkapkan gejala secara holistik – konsektual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.[2]
Penelitian ini digolongkan penelitian lapangan (field reseach). Penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif dengan menggunakan data deduktif yang berupa kata-kata, tulisan atau lisan dari orang dan pelaku yang diambil (Robert Steven J yang dikutip oleh Lecy Moeleong, 1995.3).[3]
Penulisa ini berasal dari penelitian lapangan karena pengolahan informasi menggunakan data-data untuk membangun konsep atau untu memperoleh pengertian. Penelitian lapangan ini diharapkan dapat mengetahui secara utuh dan meneyeluruh serta pada gilirannya akan mampu memaparkan metode-metode apa saja yang digunakan dalam pembudayaan bahasa arab dan penerapannya di Yayasan AL Ashriyyah Nurul Iman guna membangun dan mengembangkan metode yang sudah ada serta memberikan pemikiran-pemikiran baru bagi masyarakat khususnya lembaga pendidikan.
B. Jenis penelitian
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa penulisan ini termasuk penulisan lapangan (field reseach). Field dalam kamus bahasa indonesia berarti : padang, medan, daerah, sedang reseach adalah pemeriksaanm penyelidikan, field reseach juga diartikan penelitian lapangan, jenis penelitian ini biasanya digunakan dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif.
Selain itu, penulisan ini juga menggunakan studi kepustakaan (library reseach) untuk memperoleh data tambahan atau hal-hal yang berkaitan dengan teori-teori yang mendukung berupa telaah buku, majalahm skripsi, dan cetakan lain yang menjadi petunjuk dan pedoamn dalam penulisan skripsi ini.
1. Teknik pengumpulan data
Karena pada penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka untuk dapat memperoleh data-data ya ng diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat dan secara langsung.[4] Terhdapa masalah-masalah yang akan dikaji guna mendapatkan data-data yang bersangkutan dengan penulisan skripsi ini.
b. Interview (wawancara)
Interview (wawancara) yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang dilakuakn oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yag diajukan.[5]
Wawancara ini penulis gunakan untuk mencari data utama yag berhubungan dengan objek penelitian. Di sini penulis mencatat langsung hasil wawancara dan langsung merekam dengan kaset sebagai bukti atas wawancara yang dilaksanakan. Melalui wawancara ini diaharapakan objek penelitian dapat dilihat secara utuh dan lebih jelas. Dan melalui wawancara seperti ini pula pada objek peneliti ini dapat diinterpretasi dan dipahami secara relatif dan lebih objektif.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data yang ditujukan kepada subjek penelitian.[6] Studi dokumentasi ini penulis gunakan untuk mencari data mengenai ha-hal yang variabel berupa telaah buku, majalah, dan lain-lain terutama untuk memperoleh gambaran umum Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School.
2. Teknik analisis data
Tiga tahap proses analisis di dalam penelitian ini menurut Huberman dan Milles (1994) yaitu
a. Reduksi data
Dilakukan antisipasi sejak awal anatara lain dengan memperjelas kerangka konseptual peneltitian. Memilih kasus, merumuskan pertanyaan penelitian dan memilih alat pengumpulan data yang tepat untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Semua data yang didaptkan melalui hasil wawancara, catatan lapanganm atau catatan lainnya yang dinilai penting, maka seleksi dan redukasi data dilanjutkan dengan melakukan koding seperti mencari tema dan kategori.
b. Tampilan data
Setelah diproduksi data diorganisasikan dalam tampilan tertentu sehingga penliti dapat melihat dan mengamati seluruh data di dalam penelitian ini bentuk tampilan yang dapat digunakan adalah tabel dan narasi yang memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis lebih lanjut, samapai akhirnya berhasil menemukan pola tertentu dalam mencapai kesimpulan.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi interprestasi dan penarikan kesimpulan dapat dilakukan berdasarkan tampilan data ini penaikan kesimpulan dapat berupa ditemukannya bentuk tertentu, pola tertentu, tema umum atau perbandingan.[7]
Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan. Analisis artinya menguraikan setiap kejadian untuk diambil kesimpulannya.[8] Setelah memperoleh data baik yang diperoleh melalui pustaka, dokumentasi, observasi maupun wawancara, data-data tersebut kemudian dikumpulkan, diolah, dianalisis secara kontent analisis dan diinterprentasikan untuk mendapat jawaban atas permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan.
Data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, artikel-artikel maupun tulisan-tulisan yang diperoleh melalui internet kemudian diklasifikasikan untuk dimasukan ke dalam masing-masing variabel dan kemudian diinterpretasikan.
C. Waktu dan tempat penelitian
1. Waktu penelitian
Waktu penelitian dalam skripsi ini dimulai setelah penulis mengajukan bimbingan skripsi bab tiga kepada dosen pembimbing, setelah bab tiga disetujui dan ditanda tangani, penulis mengajukan surat pengantar dari Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman (STAINI) Parung Bogor yang ditujukan kepada Ketua Kepesantrenan Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Jln. Nurul Iman No. 1 Rt. 01/01 Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Kemudian penulis membuat perjanjian atau menemui subjek (responden) guna meminta jadwal untuk melaksanakan wawancara, setelah ada kesepakatan, penulis melakukan wawancara kepada subjek sesuai jadwal yang telah diberikan kepada penulis adapun waktu atau lama penelitian ini selama satu bulan dengan penulis terjun langsung ke tempa penelitian atau objek penelitian karena penulis merupakan salah satu santri di Yayasn Al ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Parung Bogor.
2. Tempat penelitian
Tempat peneitian dalam skripsi ini bertemapt di area Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman yang beralamat di Jalan Nurul Iman No. 1 Desa Waru Jaya Rt. 01/01 Keca matan Parung Kabupaten Bogor.
D. Subjek penelitian
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa subjek (responden/ informan) di dalam penelitian ini tiga responden yang telah dipilih terlebih dahulu secara matang, karena subjek harus berhubungan dengan penelitian ini.
Subjek (responden) yang pertama adalah Ust. Ilyas Syihabudin S.Pd.I. beliau adalah selaku Ketua Kepengususan Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School.
Subjek penelitian yang kedua adalah Ust. Mahbub Zuhri S.Pd.I. beliau adalah selaku ketua Pendidikan di Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School.
Subjek penlitian yang ketiga adalah Us. Kahfi beliau adalah selaku ketua bahasa arab yuyasan al Ahriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School parung Bogor.
E. Objek penelitian
Objek penelititian pada skripsi ini adalah mengenai inovasi pembelajaran bahasa arab di ponpes dalam perkembangan bahasa arab. Antara lain untuk mengetahui pemikiran-pemikiran terbaru di ponpes guan mengembangkan atau menciptakan metode-metode pembelajaran bahasa arab dan mempermudah santri dalam belajar bahasa arab serta menyukseskan program-program yang ada di ponpes.
[2] Bisri Mustofa, Pedoman Penulis Proposal Penelitian Sekripsi Dan Thesis. cet 1 (Yogyakarta : Panji puetaka, 2009), hal. 25
[3] Artikel oleh Saepul Anam dan Arif, Implementasi Metode Aktive Learning Pada Pembelajaran Bahasa Arab di Ma’had Darus Syahadah, (Boyolali : T.A. 2008/ 2009. T.Th.), hal. 8
[4] Nana Sayaudin Sukmadinatam Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Posda Karya, 2003), hal. 219
[5] Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet: VIII, (Bandung : Remaja Poda Karya, 2003), hal. 135
[6] Sukanda Rumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneltitian Pemula, Cet: I, (Yogayakarta : Gajah Mada University, 2004), hal. 69
[7] Huberman, Micheal Adam Milles, Matvew B. (1994) data Menegeman dan Analisis Methods dalam Hand Book Of Qualitative Research Norman K. Denzin dan Uyonna S. Lincoln (Ed) California : Sage Publication inc
[8] Suhartono, W. Prannoto, Teori Metodologi Sejarah, (Jakarta : T., 2008), hal. 154
BAB IV
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP AL Ashriyyah Nurul Iman
1. Profil SMP AL Ashriyyah Nurul Iman
Sekolah Menengah Pertama Al Ashriyyah Nurul Iman merupakan sebuah institusi pendidikan tingkat menengah pertama yang berada dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman yang didirikan oleh Syekh Habib Saggaf bin Mahdi bin Abu Bakar bin Salim. Yayasan ini berdiri tahun 1998, hingga Oktober 2012 ini, tercatat tak kurang dari 18.000 siswa dan siswi (santri) dari hampir seluruh penjuru tanah air yang belajar di tempat ini. Keistimewaan dari sekolah ini adalah tidak adanya biaya pendidikan sama sekali yang dibebankan kepada siswa sesuai dengan cita-cita mulia pendiri, yaitu memberikan pendidikan bebas biaya kepada masyarakat dengan tetap memperhatikan kualitas. Agar dimaklumi, bahwa bukan sekedar biaya pandidikan yang menjadi tanggung jawab yayasan, namun juga kebutuhan konsumsi, layanan kesehatan, asrama dan lain-lain.
Visi dan Misi
SMP Al-Ashriyyah Nurul Iman memiliki visi dan misi yang jelas. Adapun visi dari SMP Al Ashriyyah Nurul Iman adalah “Membangun Sekolah Teladan Dengan Membentuk Siswa Yang Berjiwa Mandiri, Taat Dalam Religi, Unggul Dalam Prestasi, Trampil Dalam Presentasi”.
Adapun misi pendirian SMP Al Ashriyyah Nurul Iman antara lain:
1. Mewujudkan Sekolah inovatif
2. Membangun Jiwa Kemandirian dan Kepemimpinan Siswa dengan Kegiatan ekstrakulikuler yang intensif
3. Mewujudkan organisasi sekolah yang terus belajar (learning organization)
4. Mewujudkan fasilitas sekolah yang memadai, relevan, mutakhir, dan berwawasan kedepan
5. Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu dan tangguh dalam meningkatkan kualitas pengetahuan siswa
6. Mewujudkan manajemen berbasis sekolah yang tangguh
7. Mewujudkan sekolah Sehat
8. Mewujudkan keterampilan yang marketable dan kompetitif
Identitas Sekolah
1 | Nama Yayasan | : Yayasan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman |
2 | Pendiri Yayasan | : As Syehk Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim |
3 | Tahun Berdiri | : 1998 |
4 | Alamat | : Jl. Nurul Iman No. 1 RT. 01/01 Desa Waru Jaya, Kec. Parung, Kab. Bogor – Jawa Barat 16330 |
5 | Nama Sekolah | : SMP Al-Ashriyyah Nurul Iman |
6 | Kepala Sekolah | : Lusni Suryana Ahdiat, S.Pd.I |
7 | Waktu Belajar | : Pukul07.00 – 11.45 dan 14.00 – 15.30 WIB |
8 | Kurikulum Digunakan | : KTSP |
9 | Luas Tanah | : 3.500 m2 |
10 | Tanah Dipergunakan | : Bangunan (1.200 m2); Halaman (300 m2); Kebun (200 m2); Lapangan Olah Raga (300 m2); Lapangan Upacara (500 m2) |
11 | Tanah Belum Dipergunakan | 1.000 m2 |
12 | Status Tanah | Wakaf |
Sarana dan Prasarana Sekolah
1. Jumlah ruang kelas : Putra (13 ruang); Putri (8 ruang)
2. Jumlah rombel : Putra (29 kelas); Putri (10 kelas)
3. Jumlah toilet : Putra ( 86 ruang); Putri (31 ruang)
4. Jumlah kamar mandi : Putra ( 64 ruang); Putri ( 113 ruang)
5. Ruang kepala sekolah : ada Kondisi ( baik )
6. Ruang Guru : ada Kondisi ( baik )
7. Ruang tata usaha : ada Kondisi ( baik )
8. Perpustakaan : ada Kondisi ( baik )
9. Masjid : ada Kondisi ( baik )
10. Mushola : ada Kondisi ( baik )
11. Lapangan upacara : ada Kondisi ( baik )
12. Lapangan olah raga : ada Kondisi ( baik )
13. Gedung olah raga : ada Kondisi ( baik )
14. Ruang OSIS : ada Kondisi ( baik )
15. Ruang bimbingan : ada Kondisi ( baik )
16. Ruang arsip : ada Kondisi ( baik )
17. Ruang Kesehatan : ada Kondisi ( baik )
18. Laboratorium bahasa : ada Kondisi ( baik )
19. Laboratorium komputer : ada Kondisi ( baik )
20. Jumlah meja kepala : 1 buah Kondisi ( baik )
21. Jumlah kursi kepala : 1 buah Kondisi ( baik )
22. Jumlah meja guru : 50 buah ( baik )
23. Jumlah kursi guru : 50 buah ( baik )
24. Jumlah lemari : 4 buah ( baik )
25. Jumlah papan tulis : 25 buah ( baik )
26. Jumlah meja siswa : 900 buah ( baik )
27. Jumlah kursi siswa : 1350 buah ( baik )
28. Sarana air bersih : ada (jet pump)
29. Sumber listrik : ada (PLN dan generator set )
2. Struktur organisasi SMP AL Ashriyyah Nurul Iman
Struktur SMP Al ashriyyah Nurul Iman Periode Tahun 2011-2012
a. Pendiri : As Syekh Al Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abi Bakar bin Salim
b. Ketua Yayasan : Umi Waheeda binti Abdul Rahman, S.Psi, M.Si
c. Kepala Sekolah : Lusni Suryana Ahdiat, S.Pd.I
d. Kabid Akademik : Kidam, S.Pd.I
e. Kabid Kesiswaan : Fauzi Udrus. S.Sy
f. Kabid : Paul al Utsmani, S.Sy
g. Guru BP : Ade Qoswara, S.Pd.I
3. Guru- guru bahasa arab di SMP kelas VII AL Ashriyyah Nurul Iman
Adapun guru-guru yang mengajar bahasa arab di kelas VII SMP Al Ashriyyah Nurul Iman adalah sebagai berikut :
a. Ust. Syahid, S.Pd.I
b. Ust. Asnawi, S.Pd.I
c. Ust. Lukman Lopo, S.Pd.I
d. Ust. Ubad Maulana, S.Pd.I
4. Jumlah siswa di SMP kelas VII AL Ashriyyah Nurul Iman
B. Analisis Data dan Hasil Penelitian
Langganan:
Postingan (Atom)